Makalah Hidrosfer (Sains dan Al-Quran)
HIDROSFER
Diajukan untuk memenuhi salah
satu Tugas Terstruktur
Ilmu
Pengetahuan Bumi dan Antariksa
Dosen Pengampu:
Drs.
Yudi Dirgantara, M.Pd
Rena
Denya Agustina, M.Si
Disusun
Oleh: Kelompok 10
Novia Rizkianty S (1152070051)
Nurul
Zannah (1152070054)
Kelas/Semester: B/VI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam kita curahkan kepada jungjungan
kita semua yakni Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, dan
mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya
bantuan dan peran dari pihak lain, makalah ini tidak akan terwujud sesuai
dengan harapan. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan dan manfaat khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi semua pihak yang telah membaca makalah ini. Saya sadar
dalam pembuatan makalah ini jauh dari kata sempurna dikarenakan keterbatasan
kemampuan yang dimiliki, oleh karena itu
mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca.
Bandung, April 2018
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Air
adalah salah satu elemen di muka bumi ini yang sangat dibutuhkan oleh kita.
Menurut beberapa penelitian manusia dapat bertahan 3-5 tanpa air dan dapat
bertahan hingga 8 minggu tanpa makan dengan catatan tetap mengkonsumsi air. Hal
ini dikarenakan komposisi tubuh manusia yang 50-60% adalah air. Selain itu
semua kebutuhan kita pasti membutuhkan air dimulai dari hal sederhana seperti
makan, mencuci, untuk menumbuhkan tanaman atau ke ranah yang lebih besar
seperti pembangkit listrik, irigasi dan lain sebagainya. Kita menyadari bahwa
sangat pentingnya air bagi keberlangsungan makhluk hidup dikarenakan bukan
hanya manusia yang membutuhkan air tetapi tumbuhan dan hewan pun membutuhkan
air untuk keberlangsungan hidup mereka. Tetapi ketersediaan air di setiap
daerah berbeda, terdapat daerah yang sangat subur dan terdapat daerah yang
sangat tandus ataupun daerah yang sering hujan dan daerah yang jarang sekali
terjadi hujan. Ada pula keadaan yang terus berubah-ubah sehingga ketersediaan
air dalam suatu daerah tidak menentu. Hal ini dibahas dalam salah satu materi
pada matakuliah Ilmu Pengetahua dan Bumi dan Antariksa mengenai Hidrosfer. Maka
dari itu kami mengambil topik ini untuk mengetahui lebih dalam mengenai air
yang merupakan hal penting selain oksigen di muka bumi ini.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya kami merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa
arti dari Hidrosfer?
2. Bagaimana
asal usul air dibumi?
3. Bagaimana
siklus dari Hidrosfer?
4. Apa
saja jenis-jenis hujan?
5. Apa
saja jenis perairan dibumi?
6. Bagaimana
distribusi air di muka bumi?
7. Apa
saja cabang ilmu yang mempelajari air?
C.
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah:
1. Mengetahui
arti dari Hidrosfer.
2. Mengetahui
asal usul air.
3. Mengetahui
siklus dari Hidrosfer.
4. Mengetahui
jenis-jenis hujan.
5. Mengetahui
jenis perairan dibumi.
6. Mengetahui
distribusi air di muka bumi.
7. Mengetahui
cabang ilmu mengenai air.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Hidrosfer
Hidrosfer berasal dari
kata hydro yang artinya air dan sphaira yang artinya lapisan. Hidrosfer
merupakan wilayah lapisan air yang berada di permukaan bumi (Waluya, 2009) . Keseluruhan sistem hidrosfer di
permukaan bumi mencapai 70% yang jumlahnya selalu tetap karena mengalami
siklus. Jadi, hidrosfer dapat diartikan juga sebagai keseluruhan sistem lapisan
air di permukaan bumi yang meliputi samudera, laut, sungai, danau, air tanah,
mata air, gletser, dan air yang terdapat di atmosfer yang jumlahnya selalu
tetap.
B.
Asal Usul Air di Bumi
Kaum sekuler
percaya bahwa bumi yang terdiri dari materi gumpalan yang dikondensasikan
terlempar keluar dari nebula matahari milyaran tahun yang lalu. Bumi ini
awalnya berupa gumpalan cair panas yang didinginkan karena proses kondensasi.
Mereka berpendapat bahwa sebagian besar air di bumi berasal dari dalam bumi
yang dingin ini, tetapi jumlahnya memang tidak cukup untuk mengisi lautan yang
terdapat di permukaan bumi saat ini. Teori yang pernah populer mengenai asal
usul air di bumi ini yaitu bahwa komet (yang pada dasarnya merupakan bola salju
besar dan kotor) bertabrakan dengan bumi sehingga memenuhi permukaan bumi
dengan air.
Peneliti dari University
of Hawaii percaya mereka telah menemukan asal-usul air Bumi. Selama
bertahun-tahun, para ilmuwan tidak yakin apakah air hadir ketika planet kita
terbentuk atau apakah itu dibawa oleh komet dan asteroid. Dengan menganalisis
batuan dari Pulau Baffin di Kanada, para peneliti mampu menghasilkan bukti yang
paling meyakinkan yang mendukung hipotesis asal usul air. Batual dari mantel
yang belum pernah terpengaruh oleh material dari kerak, di dalam batu tersebut
peneliti menemukan kristal-kristal kaca yang telah menjebak tetesan kecil air
di dalamnya. Air itu memiliki komposisi air yang sama dengan air yang sekarang
ada di planet bumi.
Air terbuat dari
oksigen dan hidrogen, hidrogen sering ditemukan dalam tiga bentuk, yang disebut
dengan isotop yaitu : hidrogen normal, deuterium, dan tritium. Air yang
terbentuk oleh oksigen dan deuterium disebut air berat.
Dengan
mempelajari komposisi berbagai benda di Tata Surya, para peneliti menemukan
bahwa komet memiliki rasio air berat yang lebih tinggi terhadap air normal.
“Kita tidak dapat mengesampingkan penambahan air ke permukaan bumi setelah
pembentukannya (yaitu melalui komet dan asteroid), tetapi data kami menunjukkan
bahwa bumi memiliki air sejak awal pembentukannya, sehinga sejumlah besar
penambahan air nantinya belum tentu diperlukan untuk membuat lautan di bumi”
Dr. Lydia Hallis, penulis utama dalam penelitian tersebut. Dr. Hallis
menjelaskan, “Batuan Baffin Island dikumpulkan kembali pada tahun 1985, dan
para ilmuan memliki banyak waktu untuk menganalisisnya di tahun-tahun
berikutnya, dan sekarang ditemukan bahwa batu tersebut mengandung komponen dari
mantel dalam bumi”.
Gambar 1 Gambar Batuan Baffin (jenis batuan
basaltik) yang dipindai dengan mikroskop elektron
Sumber: Lydia J.
Haliins
Mineral
Olivin yang ditampilkan sebagai biji-bijian retak berwarna abu-abu yang
mengandung kaca yang didalamnya terdapat sejumlah kecil air yang bersumber dari
mantel bumi yang dalam (Institute for Astronomy University of Hawaii, 2015) .
C.
Siklus Air (Siklus Hidrologi)
Salah satu sumber utama
untuk kehidupan di bumi ini adalah air. Telah diketahui bahwa hampir dari 70%
dari bumi terdiri dari air. Total air 97% di dunia yaitu air laut dan sisanya
3% yang berupa air tawar. Bagaimana keseimbangan air terjaga? Jawabannya ialah
karena adanya siklus hidrosfer yang menjaga keseimbangan air di bumi ini.
Siklus air merupakan
peristiwa perpindahan air dari laut kemudian ke atmosfer, kemudian ke tanah,
kembali lagi ke laut dan pada akhirnya menguap lagi ke atmosfer (Paul, 2014) . Panas matahari
menyebabkan air di muka bumi ini menguap menjadi partikel uap air yang sangat
kecil. Kemudian uap air tersebut akan naik ke lapisan udara yang memiliki
temperatur dan tekanan yang lebih rendah yang kemudian terperangkap oleh
butiran debu dan terbentuklah awan kecil. Karena adanya angin, awan-awan kecil
akan bergabung membentuk awan yang berukuran lebih besar dan terbentuklah
butiran-butiran es yang yang semakin lama semakin berat dan sampai pada suhu
dan ketinggian tertentu air jatuh ke bumi berupa titik-titik air yang disebut
dengan hujan (Tjasyono, 2013) . Jadi, proses hidrologi ini sangat
bergantung pada pemanasan sinar matahari sehingga siklus air berjalan terus
secara berulang.
Hujan yang jatuh ke
bumi dan kemudian air meresap ke dalam tanah (infiltrasi) kemudian air dalam tanah terkumpul dan keluar ke
permukaan tanah menjadi mata air yang mengalir ke sungai dan bermuara di laut
atau danau yang mana kejadian tersebut terus terulang. Air hujan yang turun
tidak berasa asin padahal 97% penguapan air beeasal dari laut. Air hujan
bersifat tawar, dimanapun asal penguapan airnya, air yang menguap tidak
mengandung bahan yang lain apapun itu hasilnya (Neil, 3004) .
Gambar 2 Siklus Hidrologi
Sumber: http://www.ebiologi.net/2016/03/siklus-hidrologi-pengertian-proses.html
Adapun unsur-unsur yang
mempengaruhi siklus hidrologi (Paul, 2014) yaitu:
1.
Evaporasi
Siklus hidrologi dimulai dengan proses penguapan.
Evaporasi merupakan penguapan air dari permukaan air dan permukaan tanah. Unsur
utama pada proses evaporasi ini yaitu radiasi matahari dan air di bumi. Dengan
sinar matahari air laut, sungai, danau dll akan menguap dan bercampur di
atmosfer.
2.
Transpirasi
(penguapan dari tanaman): air yang terdapat dalam daun-daun tanaman juga
mengalami proses penguapan. Tanaman melepaskan uap air sebanyak 5-10 kali
sebanyak air yang dapat ditahan. Adapun yang mempengaruhi tejadinya transpirasi
ini yaitu panas matahari, kecepatan angin, suhu, dan gradient tekanan udara. Pada proses transpirasi jumlah air yang
menguap lebih sedikit dibandingkan dengan penguapan pada proses evaporasi.
3.
Evapotranspirasi
: merupakan gabungan antara evaporasi dan tranpirasi yaitu penguapan air di
seluruh permukaan bumi baik yang terjadi di badan air maupun pada jaringan
makhluk hidup.
4.
Sublimasi: yaitu
prose perubahan es di puncak gunung menjadi uap air tanpa melalui fase cair.
5.
Kondensasi :
merupakan perubahan dari uap air menjadi es karena suhu yang rendah dan
terbentuklah awan,
6.
Adveksi : proses
ini hanya terjadi pada siklus sedang dan panjang. Adveksi merupakan proses
perpindahan awan dari atmosfer lautan ke daratan karena adanya arus angin.
7.
Presipitasi:
pada proses ini terjadilah hujan akibat dari suhu udara yang tinggi sehingga
awan mencair dan menjadi titik-titik air atau hujan.
8.
Run Off :
merupakan proses pergerakan air dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih
rendah melalui saluran-saluran seperti sungai, danau , muara, laut, hingga
samudra.
9.
Infiltrasi/perkolasi
: secara tidak langsung proses ini mengontrol jumlah air yang terdapat di dalam
tanah. Hujan yang turun ke permukaan bumi akan merembes ke dalam tanah melalui
pori-pori dan menjadi air tanah.
Adapun tafsir Al-qur’an yang menjelaskan siklus
hidrologi yaitu pada surah Ar-Ruum ayat 48 sebagai berikut:
Artinya : “Allah,
Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah
membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya
bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka
apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya,
tiba-tiba mereka menjadi gembira”
Berkenaan
dengan ayat tersebut, menurut Tafsir Ibnu Katsir, Allah menjelaskan bagaimana
awan dapat menurunkan air hujan. Yaitu dari penguapan air laut. Kemudian, uap
tersebut Allah perbanyak hingga memunculkan awan laksana tameng. Kemudian, Dia
bentangkan hingga memenuhi bagian ufuk, dan terkadang terlihat seperti awan
datang dari lautan membawa sesuatu yang berat (Syaikh, 2011) .
Menurut
Ahmad Musthofa Al-Maraghi, ayat dimaksudkan bahwa
Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu dapat
menimbulkan
awan, dan menyebar serta mengumpulkannya di salah satu
arah di langit, terkadang awan itu berjalan, dan terkadang berhenti dan
terkadangbergumpal-gumpal. Maka kamu dapat melihat air hujan keluar dari
celahcelahnya. Maka, apabila hujan itu menimpa sebagian hamba-hamba-Nya, maka
mereka bersukaria, karena hujan sangat mereka perlukan di dalam kehidupan
mereka (Al-Maraghi, 1993) .
Begitu juga
menurut Ali Ash-Shabuni, Allah menyebutkan hikmah
bertiupnya angin, yaitu menggerakkan awan dan keluarlah hujan darinya.
Abu Hayyan berkata: Ayat ini menengahi antara ayat-ayat; “Dan diantara
tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa
berita gembira,” dan ayat, “Allah, Dialah yang mengirimkan angin, lalu
angin itu menggerakkan awan.” Ayat ini untuk menghibur Nabi dan sebagai
janji kemenangan baginya dan ancaman bagi rang-orang kafir (Ash-Shabuni, 2011) .
Jenis-jenis siklus hidrologi
yaitu sebagai berikut (Asdak, 2011) :
1.
Siklus pendek
Gambar 3 Siklus Pendek
Sumber:
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/jenis-siklus-air
Air laut menguap karena panas matahari, lalu terjadi
kondensasi, uap air membentuk awan dan selanjutnya terjadi hujan yang jatuhnya
ke laut lagi.
2.
Siklus sedang
Gambar 4 Siklus Sedang
Sumber: https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/jenis-siklus-air
Air laut menguap, lalu terjadi kondensasi, uap air
yang menguap terbawa oleh angin ke daratam dan membentuk awan di atas daratam,
dan selanjutnya hujan jatuh di daratan, selanjutnya kembali ke laut.
3.
Siklus panjang
Gambar 5 Siklus Panjang
Sumber: https://brainly.co.id/tugas/2058894
Air laut menguap, lalu terjadi kondensasi, uap air
terbawa angin, kemudian membentuk awan di atas daratan hingga ke pegunungan
tinggi, lalu jatuh sebagai salju, terbentuk gletser, mengalir ke sungai, dan
akhinya air kembali ke laut.
Dari siklus hidrologi akan menyebabkan terjadinya
hujan, air hujan yang turun ke bumi akan menebarkan kesegaran bagi segala
sesuatu yang ada di atas bumi. Adapun ayat Al-qur’an yang menjelaskan manfaat
dari siklus hidrologi yaitu surah An-Nahl ayat 10, sebagai berikut:
Artinya: “Dialah, Yang telah menurunkan air hujan
dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya
(menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan
ternakmu.”
Menurut Quraish Shihab, ayat ini adalah rincian
argumentasi keesaan Allah SWT sekaligus uraian tentang aneka nikmat-Nya. Disini
diuraikan tentang manfaat hujan yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang merupakan
bahan pangan dan kebutuhan manusia dan binatang.Ayat di atas mengingatkan
manusia- dengan tujuan agar mereka mensyukuri Allah dan memanfaatkan dengan
baik anugerah-Nya (Shihab, 2008) .
Menurut Ibnu Katsir, Allah menjadikannya air hujan
yang diminum tawar lagi cair, yang mudah bagimu meminumnya, dan Allah tidak
menjadikannya asin lagi pahit. Kemudian, Allah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dari
hujan itu untukmu, yang kamu semua menggembalakan ternak-ternakmu di tempat
itu, seperti apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ikrimah, Adh-Dhahhak, Qatadah,
Ibnu Zaid, dalam firman Allah: Fiihi tusiimuun (Ditempat itu kamu
menggembalakan ternakmu) artinya menggembalakan, dari lafadz itu pula
disebut Al-Ibilus Saaimah artinya, unta yang digembalakan (Malik, 2007) .
Sedangkan
menurut Tafsir Jalalyn maksud dari ayat ini yaitu, (Dialah Yang telah
menurunkan air hujan itu dari langit untuk kalian, sebagiannya menjadi minuman)
untuk kalian minum (dan sebagiannya menjadi tumbuh-tumbuhan) maksudnya oleh
sebab air itu menjadi suburlah tumbuh-tumbuhan (yang pada tempat tumbuhnya
kalian menggembalakan ternak kalian) kalian jadikan sebagai tempat
menggembalakan ternak.
D.
Jenis-Jenis Hujan
Hujan dibedakan menjadi beberapa tipe pembagiannya
berdasarkan faktor yang menyebabkan terjadinya hujan tersebut :
1. Hujan
Orografi
Gambar 6 Hujan Orografi
Hujan ini
terjadi karena adanya penghalang topografi, udara dipaksa naik kemudian
mengembang dan mendingin terus mengembun dan selanjutnya dapat jatuh sebagai
hujan. Bagian lereng yang menghadap angin hujannya akan lebih lebat dari pada
bagian lereng yang ada dibelakangnya. Curah hujannya berbeda menurut
ketinggian, biasanya curah hujan makin besar pada tempat-tempat yang lebih
tinggi sampai suatu ketinggian tertentu.
2. Hujan
Konvektif
Gambar 7 Hujan Konvektif
Sumber : https://rebanas.com/gambar/images/viii-hujan-konvektifhujan-konvektif-gambar
Hujan ini
merupakan hujan yang paling umum yang terjadi didaerah tropis. Panas yang
menyebabkan udara naik keatas kemudian mengembang dan secara dinamika menjadi
dingin dan berkondensasi dan akan jatuh sebagai hujan. Proses ini khas untuk
terjadinya badai guntur yang terjadi di siang hari yang menghasilkan hujan
lebat. Badai guntur lebih sering terjadi di lautan dari pada di daratan
3. Hujan
Frontal
Gambar 8 Hujan Frontal
Hujan ini
terjadi karena ada udara panas, awan yang terbentuk biasanya tipe stratus dan
biasanya terjadi hujan rintik-rintik dengan intensitas kecil. Sedangkan pada
front dingin awan yang terjadi adalah biasanya tipe cumulus dan cumulunimbus
dimana hujannya lebat dan cuaca yang timbul sangat buruk. Hujan front ini tidak
terjadi di Indonesia karena di Indonesia tidak terjadi front.
4. Hujan
Siklon Tropis
Gambar 9 Siklon Tropis
Siklon
tropis merupakan badai dengan kekuatan yang besar. Radius rata-rata siklon
tropis mencapai 150 hingga 200 km. Siklon tropis terbentuk di atas lautan luas
yang umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat, lebih dari 26.5 °C.
Angin kencang yang berputar di dekat pusatnya mempunyai kecepatan angin lebih
dari 63 km/jam.
5. Hujan
Salju
Gambar 10 Hujan Salju
Sumber
: http://www.pikiran-rakyat.com/luar-negeri/2017/01/12/badai-salju-mulai-mereda-390494
Hujan salju
adalah air yang jatuh dari awan yang telah membeku menjadi padat seperti hujan.
Salju terbentuk dari kepingan es yang sangat kecil.
6. Hujan
es
Gambar 11 Hujan Es
Sumber: https://beritagar.id/artikel/sains-tekno/hujan-es-di-negara-tropis-biasa-terjadi-saat-pancaroba
Hasil
pengembunan yang berupa butiran-butiran es biasanya terjadi karena uap air
memasuki area diatas freezing
(pembekuan) level. Hal ini menyebabkan uap air membeku dan mengeras. Karena
terlalu keras, maka saat memasuki daerah yang lebih hangat es ini tidak mencair
seluruhnya.
7. Hujan
Asam
Hujan sebenarnya
secara alami bersifat asam dengan pH sedikit di bawah 6, karena karbondioksida
dengan uap air di udara membentuk asam lemah yang bermanfaat untuk melarutkan
mineral dalam tanah yang dibutuhkan tumbuhan dan hewan). Namun polutan udara
dapat meningkatkan keasaman air hujan sehingga disebut hujan asam.
Hujan asam
didefinisikan sebagai hujan dengan pH dibawah 5,6. Polutan yang menyebabkan
hujan asam adalah nitrogen oksida dan sulfur oksida. Zat-zat ini di atmosfer
akan bereaksi dengan uap air untuk membentuk asam sulfat, asam nitrat, dan asam
nitrit yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam
tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan. Secara
alami, hujan asam biasanya terjadi karena letusan gunung berapi. Tapi seiring
dengan kemajuan industri, hujan asam juga disebabkan oleh meningkatnya polusi
udara dari pabrik, mobil, dan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar
fosil seperti minyak bumi dan batu bara. Pembangkit listrik yang menggunakan
batu bara juga penyumbang terjadinya hujan asam (Fajri, 2017) .
Pembentukan
hujan asam secara sederhana dapat dituliskan:
S(s) + O2 (g) →SO2(g)
2SO2(g) +
O2(g) →2SO3(g)
SO3(g) + H 2O(l) →
H 2SO4(aq)
E.
Jenis Perairan
Air di bumi secara
garis besar dapat digolongkan kedalam dua jenis yaitu air permukaan dan air
tanah. Air permukaan ini terdiri dari perairan darat dan perairan laut. Mari
kita bahas satu-persatu.
1.
Air Permukaan
a.
Perairan Darat
Perairan darat dalah semua bentuk air yang terdapat
di daratan. Wujud air dapat berupa benda cair, padat (es dan salju), maupun
uap. Sedangkan yang banyak dimanfaatkan oleh manusia adalah yang berwujud cair
yaitu berupa air, baik air permukaan, air tanah, sungai, danau dan sebagian air
rawa. Perairan darat ini terdiri dari air tanah, sungai, danau dan rawa.
1)
Sungai, adalah
bagian dari muka bumi yang menjadi tempat air mengalir karena tempatnya paling
rendah bila dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Manfaat dari adanya air
sungai ini adalah untuk keperluan dalam kehidupan sehari-hari misalkan irigasi,
sumber tenaga, kebutuhan primer rumah tangga, industri, transportasi dan
lain-lain
2)
Danau merupakan
suatu cekungan di permukaan bumi yang digenangi air dalam jumlah yang relatif
banyak. Air pada danau bersumber dari banyak sumber seperti sungai, air tanah
atau hujan. Manfaat dari adanya danau ini adalah sebagai irigasi, air minum,
pembangkit listrik, pengatur air untuk mencegah banjir, sumber peresapan air
tanah bagi daerah hilirnya dan lain-lain.
3)
Rawa adalah
lahan genangan air secara alamiah yang terjadi terus menerus atau musiman
akibat drainase alamiah yang terhambat. Rawa selalu digenangi air karena
kekurangan saluran atau letaknya yang rendah, baik yang bersifat sementara
maupun sepanjang waktu sehingga pelepasan air dan lahan tersebut lambat.
Genangan ini disebabkan oleh kondisi pembuangan (drainase) yang buruk. Rawa
bisa juga merupakan suatu cekungan yang menampung luapan air dan sekitarnya.
Manfaat dan rawa yaitu sebagai tempat pemeliharaan ikan tambak, misalnya
bandeng dan udang atau bisa juga untuk sawah pasang surut (Suyono, 1995)
(Asdak, 2007).
b.
Perairan laut
Seperti yang telah kita ketahui bahwa ¾ bagian dari
bumi adalah perairan dan 97% air terdapat di samudra. Tetapi ternyata
penyebaran air di samudra tidak merata dibagian belahan bumi utara dan dibagian
selatan. Di belahan bumi utara 60% terdiri dari permukaan air dan 40% daratan,
sedangkan dibelahan selatan 83% terdiri dari permukaan air sedangkan 17%
terdiri dari daratan.
Laut adalah sekumpulan air yang sangat luas di
permukaan bumi yang memisahkan atau menghubungkan suatu benua atau pulau dengan
yang lainnya. Bumi memiliki lima lautan luas atau disebut juga samudra yaitu
lautan Pasifik, Atlantik, Hindia, Antartika, dan Artik. Manfaat dari laut
sangat banyak sekali karena laut merupakan sumber daya alam yang melimpah yang
sampai saat ini belum dapat dikelola dengan maksimal. Misalkan sebagai sumber
tenaga, kebutuhan pangan dan mineral dan masih banyak lagi (Hutabarat, 2000).
2.
Air Tanah
Air tanah (ground
water) adalah massa air yang ada di bawah permukaan tanah, sumber dari air
tanah ini adalah curah hujan. Pada saat curah hujan mencapai permukaan tanah,
seluruh atau sebagian curah hujan tersebut akan diserap oleh tanah. Bagian yang
tidak terserap tanah akan mengalir di permukaan hingga terbentuk parit-parit
dan mengalir ke sungai hingga ke danau dan berakhir di laut (S Sosrodarsono,
1987).
Media peresapan air tanah oleh curah hujan adalah
sebagai berikut:
a.
Pori-pori tanah.
Tanah yang gembur atau berstruktur lemah akan meresapkan air lebih banyak
daripada tanah yang pejal.
b.
Retakan-retakan
lapisan tanah akibat kekeringan yang pada musim hujan sangat basah dan becek,
seperti tanah liat dan lumpur.
c.
Rongga-rongga
yang dibuat binatang (cacing dan rayap).
d.
Rongga-rongga
akibat robohnya tumbuh-tumbuhan yang berakar besar.
e.
Rongga-rongga
akibat pencairan berbagai kristal yang membeku pada musim dingin (Kartasapoetra,
2000).
Sebelum air menyerap
kedalam tanah pada dasarnya ditahan terlebih dahulu oleh butiran tanah sehingga
tanah menjadi lembab. Air di dalam tanah ditahan oleh gaya absorbsi permukaan
butir-butir tanah dan tegangan antara molekul air, makin jauh air dari
permukaan maka makin lemah gaya absorbsinya. Pada jarak tertentu, air hanya
ditahan oleh tegangan antara butir-butir tanah yang dinamakan air kapiler. Jika
air bertambah, kemudian akan mengalir ke bawah akibat gaya gravitasi dan air
itu selanjutnya dinamakan air gravitasi (Kartasapoetra, 2000).
Gaya yang menahan
pergerakan air supaya tidak terloloskan disebut kapasitas menahan air.
Banyaknya air dalam tanah pada suatu keadaan tertentu disebut tetapan
kelembaban tanah dan digunakan untuk menentukan sifat menahan air dari tanah.
Air yang dapat bergerak dalam tanah adalah air kapiler dan air gravitasi
(Kartasapoetra, 2000).
Melihat cara
bergeraknya, air kapiler berasal dari air tanah yang naik ke ruang-ruang antara
butir-butir karena kapilaritas. Tinggi kenaikan air kapiler tergantung pada
besar butiran tanah. Semakin kecil butiran tanah, semakin tinggi kenaikan air
kapiler. Sebaliknya semakin besar butiran tanah, semakin rendah kenaikan air
kapiler. Air gravitasi bergerak dalam ruang tanah karena pengaruh gravitasi dan
air akan bergerak ke bawah. Lapisan tanah yang dapat dengan mudah menyerap air
disebut dengan permeable sedangkan lapisan tanah yang sulit menyerap tanah atau
kedap air disebut impermeable (Kartasapoetra, 2000).
Volume air tanah
diberbagai tempat tidaklah sama hal ini tergantung pada jenis lapisan tanahnya.
Lapisan tanah berdasarkan kemampuan menyimpan dan meloloskan air dibedakan
menjadi empat jenis yaitu:
a.
Aquifer, yaitu
lapisan yang dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah besar. Lapisan
batuan bersifat permeable, seperti pasir, kerikil, dan batu pasir yang
retak-retak.
b.
Aquiclude, yaitu
lapisan yang dapat menyimpan tetapi tidak dapat mengalirkan air dalam jumlah
yang berarti, seperti lempung, tuf halus, dan silt
c.
Aquifuge, yaitu
yang tidak menyimpan dan mengalirkan air, contohnya batuan granit dan batuan
yang kompak
d.
Aquitard, yaitu
lapisan atau formasi batuan yang dapat menyimpan air, tetapi hanya dapat
meloloskan air dalam jumlah yang terbatas (Kartasapoetra, 2000).
Berdasarkan jenisnya,
air tanah dapat dikelompokkan ke dalam tujuh bagian yaitu sebagai berikut:
a.
Meteoric Water
(vadose water). Air tanah ini berasal dari air hujan
b.
Connate Water
(air tanah tubir). Air tanah yang terperangkap dalam rongga-rongga batuan
endapan sejak pengendapan itu terjadi, termasuk juga air yang terperangkap pada
rongga-rongga batuan beku lelehan sewaktu magma tersembur ke permukaan. Asalnya
mungkin dari air laut atau air darat.
c.
Fossil Water
(air fosil). Air yang terperangkap dalam rongga-rongga batuan dan tetap tinggal
di dalam batuan tersebut sejak penimbunan itu terjadi. Kadang-kadang istilah
ini disamakan dengan Connate water
d.
Juvenil Water
(air magma). Air yang berasal dari dalam bumi (magma). Air ini bukan dari
atmosfer atau air permukaan.
e.
Pelliculkar
water (air pelikular/ari). Air yang tersimpan dalam tanah karena tarikan
molekul-molekul tanah
f.
Phreatis Water
(air freatis). Air tanah yang berada pada lapisan kulit bumi yang poreus
(sarang). Lapisan air tersebut berada di atas lapisan yang tidak tembus air
(pejal/kedap) atau di antara dua lapisan yang tidak tembus air.
g.
Artesian Water
(air artesis). Air artesis ini dinamakan juga air tekanan (pressure water). Air
tersebut berada di antara dua lapisan batuan yang kedap (tidak tembus) air
sehingga dapat menyebabkan air tersebut dalam keadaan tertekan (Kartasapoetra,
2000).
Meskipun
jumlah air tidak pernah berkurang tetapi jumlah air tanah dalam suatu daerah
tertentu dapat berkurang, hal ini dapat dikarenakan tidak adanya pepohonan di
permukaan, permukaan tanah yang ditembok oleh semen, aspal dan lain-lain
sehingga air hujan tidak memiliki kesempatan untuk menyerap kedalam tanah.
F.
Distribusi Air di Muka Bumi
Berdasarkan hasil pengamatan ternyata hampir tiga
perempat bagian dari bumi kita adalah air yang berarti hanya seperempatnya saja
yang berupa daratan. Jika dijumlahkan, total dari semua air di muka bumi ini
termasuk cairan, gas dan es sekitar 336 juta mil kubik atau sekitar 1,4 miliar
dan 97,2 % air terdapat di samudra. Distribusi
air di muka bumi dapat kita bagi kedalam beberapa jenis bentang perairan yakni
sebagai berikut (Alan
Strahler, 2003) :
Tabel
1 Distribusi Perairan
No
|
Jenis Bentang Perairan
|
Persentase
|
1
|
Perairan Laut (Air Asin)
|
97,20%
|
2
|
Perairan Darat (air tawar) sekitar
2,80% terdiri atas
|
|
a.
Lembaran es dan gletser
|
2,15%
|
|
b.
Air tanah
|
0,62%
|
|
c.
Danau air tawar
|
0,009%
|
|
d.
Danau air asin (danau garam)
|
0,008%
|
Adapun tafsir Al-qur’an
yang menjelaskan kadar air di muka bumi yaitu pada surah Az-Zukhruuf ayat 11,
sebagai berikut:
Artinya
: ” Dan
Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami
hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan
(dari dalam kubur).”
Menurut Quraish Shihab, penegasan ayat di atas bahwa
Allah menurunkan hujan secara bertahap dan dengan kadar tertentu,
mengisyaratkan bahwa turunnya hujan bukanlah secara otomatis tanpa pengaturan
Allah SWT. Tetapi Dia yang mengatur turunnya dan dengan kadar yang
ditetapkan-Nya. Ini melalui hukum-hukum alam yang ditetapkan-Nya, dan juga atas
dasar doa dan shalat istisqa’ yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw (Shihab, 2008) .
Sayyid Quthb mengemukakan bahwa yang dimaksud dalam
firman-Nya, “Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran;” yakni
semuanya sesuai dengan ketetapan dan pengaturan yang ada. Tidak dalam jumlah
yang berlebih dan tidak dalam jumlah yang sangat minim hingga menimbulkan
kekeringan atau membuatnya menjadi tidak bermanfaat sama sekali (Qutb, 2001) .
Al-Qurthubi mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan
“suatu
ukuran”
adalah kadar normal. Karena bila air di turunkan secara berlebihan, maka itu
akan membahayakan kehidupan manusia (menimbulkan banjir). Hal ini sebagaimana
dengan firman-Nya (Syaikh Imam Al-Qurthubi, 2007) . Allah telah
sesuaikan kadar air yang diturunkan ke bumi dengan kebutuhan makhluk hidup di
bumi.
G.
Cabang Ilmu yang Mempelajari Air
Pada ilmu pengetahuan yang sudah sangat maju ini
terdapat beberapa cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai air,
diantaranya yaitu sebagai berikut:
1.
Oceanografi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang air laut atau laut secara umum.
2.
Glasiologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang es, gletser dan hal-hal lain yang berkaitan dengan es
3.
Hidrologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang air di permukaan bumi maupun dibawah tanah
4.
Limnologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang danau.
5.
Potamologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang air yang mengalir di permukaan, baik yang melalui saluran
ataupun tidak.
6.
Geohidrologi adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari keberadaan persebaran, dan gerakan air dibawah tanah (Pamono,
2003) .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hidrosfer
merupakan wilayah lapisan air yang berada di permukaan bumi. Terdapat banyak
pendapat yang menyatakan asal usul dari bumi diantaranya yang paling mendekati
dan banyak dipercaya oleh para ilmuwan adalah teori yang menyatakan bahwa air
berasalah dari mantel bmi karena beberapa alasana yang dapat dipertanggung
jawabkan. Kandungan air di muka bumi tidak berubah yang berarti jumlah airnya
tetap hal ini dikarenakan air mengalami siklus yang disebut dengan siklus
Hidrosfer. Jenis-jenis hujan yang terjadi di bumi diantaranya yaitu hujan
Orografi, hujan Siklon Tropis, hujan es, hujan salju dan lain sebaginya.
Perairan dibumi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu perairan dara dna
perairan laut. Meskipun jumlah air dimuka bumi tidak berubah tetapi distribusi
air dan komposisi air di bumi senantiasa berubah ini dikarena berbagai faktor
misalkan perubahan cuaca, musim maupun struktur tanahnya yang berubah. Cabang
ilmu pengetahuan yang membahasa mengenai air sangat banyak sekali contohnya
cabang ilmu Hidrologi ini yang mempelajari mengenai air di permukaan bumi
maupun dibawah tanah
B. Saran
Pembahasan
mengenai hidrosfer ini mengandung banyak istilah-istilah baru yang terdengar
mirip. Sehingga harus lebih diperhatikan kembali dalam memahami dan
mengingatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Syaikh Imam Al-Qurthubi. (2007). Jakarta: Pustaka Azzam.
(2014).
Dipetik April 21, 2018, dari Repository USU:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/19244/Chapter%20II?sequence=4
Alan
Strahler, A. (2003). Introducing Physical Geography Third Edition. New
Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Al-Maraghi,
A. M. (1993). Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Toha Putra.
Asdak,
C. (2011). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Ash-Shabuni,
S. M. (2011). Shafawut Tafsir. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Fajri,
N. (2017). Dipetik April 21, 2018, dari elib.unikom:
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/572/jbptunikompp-gdl-nurryfajri-28559-9-unikom_n-i.pdf
Institute
for Astronomy University of Hawaii. (2015, November Thursday). UH Research
Shed New Light on the Origins of Earth's Water.
Malik,
A. (2007). Tafsir Al-Azhar. Singapore: Kejaya Print Pte. Ltd.
Neil,
C. (3004). Biologi. Jakarta: Erlangga.
Pamono,
H. (2003). Geomorfologi Dasar. Yogyakarta: UNY Press.
Paul,
A. (2014). The Importance of Hydrological Cycle on Earth. Bhatter College
Journal of Multidiciplinary Studies, 113, Vol. IV.
Qutb,
S. (2001). Tafsir Fi Zhalil Qur'an . Jakarta: Gema Press.
Shihab,
M. (2008). Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur'an.
Jakarta: Lentera Hati.
Syaikh,
A. b. (2011). Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Pustaka Imam Syafi'i.
Tjasyono,
B. (2013). Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung: Rosda Karya.
Waluya,
B. (2009). Geografi Siklus Hidrologi. Jakarta: Tim redaksi Jakarta.
Komentar
Posting Komentar